PBSI Klarifikasi Soal Bellaetrix Manuputty

Bellaetrix Manuputty
Nasional ‐ Created by TIF

JAKARTA - PP PBSI memberikan klarifikasi terkait dengan pemberitaan mengenai operasi yang dijalani pebulutangkis tunggal putri Bellaetrix Manuputty. Pemain yang akrab disapa Bella, mengalami cedera ketika menghadapi Li Xuerui (Tiongkok), di Piala Sudirman, bulan Mei 2015 lalu.

Sepulangnya dari Piala Sudirman yang kala itu berlangsung di Dongguan, Tiongkok, Bella langsung mendapatkan perawatan dari dokter PBSI, dr. Michael Triangto dan ahli ortopedi, dr. Nicholaas Budhiparma SpOT, FICS. Setelah dilakukan tindakan MRI (Magnetic Resonance Imaging), pemain kelahiran 11 Oktober 1988 ini dinyatakan mengalami cedera lutut kiri, dimana ligamen otot ACL nya sobek sebagian dan untuk itu Bella diminta melakukan Exercise Therapy. Apabila Exercise Therapy tersebut tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka akan dilakukan operasi.

Bella pun direkomendasikan untuk menjalani program Exercise Therapy yang sudah dirancang PBSI untuknya. Pada saat yang bersamaan, terdapat tiga atlet lainnya yang juga menjalani program yang sama diantaranya Annisa Saufika, Masita Mahmudin dan Adriyanti Firdasari. Annisa mengalami tingkat cedera yang lebih parah diantara ketiga pemain lainnya, dimana ligamen ACL nya dinyatakan robek total.

Firda yang saat itu sudah tidak menjadi penghuni pelatnas pun masih mendapat perhatian dari PBSI, begitu juga Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso yang hingga saat ini masih sering berkonsultasi dengan dr. Michael.

Pada dasarnya PBSI mempunyai kebijakan untuk  memperhatikan seluruh atlet terutama yang berada di Pelatnas, yang selalu bertarung demi mengharumkan nama Bangsa dan Negara dalam berbagai hal termasuk bilamana atlet mengalami cedera.

Dua minggu setelah program Exercise Therapy, kondisi Bella tidak mengalami kemajuan sesuai yang diharapkan, berbeda dengan ketiga rekan-rekannya. Hingga saat ini ketiga pemain tersebut sudah dinyatakan membaik, bahkan Anissa sudah kembali bertanding.

“Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, program exercise therapy harus dijalankan secara utuh oleh seorang atlet, dan dalam hal ini Bella belum menjalankan programnya hingga selesai. Hal yang sama terjadi ketika Bella menjalani Program Exercise Therapy di institusi yang lain. Oleh karena itu, saya tidak merekomendasikan Bella untuk melakukan operasi karena operasi adalah sebuah opsi yang memungkinkan untuk dilakukan, apabila program Exercise Therapy telah dilakukan secara utuh namun tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan,” kata dr. Michael melalui rilis resmi PP PBSI, Senin (13/6).

“Bella tidak bisa berkomitmen dengan program Exercise Therapy yang sudah ditentukan, programnya tidak pernah selesai. Di sini saya melihat sepertinya ada masalah dalam dirinya. Untuk itu saya sarankan Bella menemui psikiater, dengan tujuan memperkuat komitmen dan rasa percaya dirinya untuk bisa sembuh total,” jelas dr. Michael.

Menurut dr. Michael, Bella sempat satu kali mendatangi sang psikiater yang telah ditunjuk untuk menangani masalahnya. Berdasarkan laporan yang didapat dari psikiater,  Bella dinyatakan perlu menjalani tes lanjutan, namun hingga saat ini Bella belum mendatangi psikiater tersebut untuk menjalani tes lanjutannya.

Setelah tidak mendapatkan rekomendasi operasi, maka pada tanggal 11 Maret 2016, Bella pun menyampaikan keinginannya kepada pengurus  untuk menjalani operasi di luar negeri dengan biaya sendiri dan  hal tersebut ternyata tidak dilakukan.

Terhitung sejak 16 Maret 2016 Bella sudah tidak lagi berada di pelatnas dan Bella juga tidak merespon komunikasi dari PBSI, termasuk dari sang pelatih, Bambang Supriyanto.

PBSI berharap tindakan operasi Bella hari ini dapat berjalan dengan lancar. Bella dapat cepat pulih serta kembali bertanding untuk membela merah putih di kancah Internasional.