Perjuangan Separuh Dekade Menuju Podium All England

Bagas Maulana (Djarum Badminton)
Bagas Maulana (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Dalam rapat dengar pendapat umum dengan DPR pada akhir Agustus 2020, Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin berujar, pembinaan atlet bulu tangkis memerlukan waktu yang cukup panjang. Tidak bisa instan. Oleh karenanya, PB Djarum senantiasa menggelar proses pembibitan atlet sejak usia dini. Proses serupa dilalui Bagas Maulana, atlet binaan PB Djarum yang menjadi juara All England 2022.

Jalan berliku dan perjuangan berat harus dilalui Bagas sebelum ia bersama pasangannya, Muhammad Shohibul Fikri, sukses naik ke podium teratas turnamen paling tua di dunia tersebut. Bagas/Fikri, yang tak diperhitungkan dalam perebutan gelar juara, justru menjadi "pembunuh raksasa" sejumlah ganda top dunia.

Kemenangan Bagas di All England merupakan cerminan atas sosok anak muda yang senantiasa bekerja keras, terpuruk namun mampu bangkit lagi, dan juga kegigihan mengejar apa yang dia impikan.

Demi merentang karier di gelanggang bulu tangkis, Bagas sempat tiga kali berganti klub. Terakhir, pada 2012, ia berlabuh ke PB Djarum. Meski klub ini bermarkas di Kudus, Bagas yang memang sejak awal bermain pada sektor ganda justru berlatih di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, di bawah gemblengan Ade Lukas, sosok pelatih yang juga mengasah bakat Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Selain itu, Bagas juga dilatih Sigit Budiarto, legenda bulu tangkis Indonesia peraih gelar juara dunia 1997 pada sektor ganda putra kala berpasangan dengan Candra Wijaya. "Saya bersyukur memiliki kesempatan dilatih oleh Mas Ade Lukas dan Mas Sigit. Pengalaman mereka bertanding di berbagai kejuaraan sebagai atlet ganda putra dan juga mengasah atlet-atlet muda memberikan saya banyak wawasan dalam mengasah teknik dan kemampuan," jelas Bagas usai seremoni "Penghargaan Atlet PB Djarum Juara Ganda Putra All England 2022", yang digelar secara daring, Rabu (20/4).

Dampak positif yang dituai Bagas sejak bergabung dengan PB Djarum dan "berguru" kepada Ade dan Sigit terlihat jelas. Pada tahun 2014, pemuda kelahiran Cilacap, 20 Juli 1998 itu sukses  mengoleksi gelar juara di Singapore Youth International, Djarum Sirnas Surabaya, dan Men's Double Championships.

Namun, karier Bagas tak selamanya moncer. Ada momen paceklik gelar, tepatnya sejak 2015 hingga pertengahan 2016. Kala itu, podium tertinggi yang diraihnya hanya runner-up.

"Kalau ditanya kecewa karena tidak juara, pasti kecewa. Ditambah lagi ayah juga bilang kalau masih gagal juara, mundur dari bulu tangkis. Ikut seleksi (akademi militer) tentara saja. Tapi saya tidak putus asa, ini justru memberikan saya motivasi untuk menunjukkan kemampuan saya di atas lapangan," Bagas, mengenang rentetan peristiwa suram tersebut.

Upaya tidak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras Bagas terbayarkan dengan gelar juara di Djarum Sirnas Premier Jakarta Open 2016, Indonesia Junior Grand Prix 2016, dan Kejurnas Taruna 2016. Alih-alih masuk jadi tentara seperti yang diutarakan sang ayah, pada Januari 2017 Bagas justru menjadi penghuni baru pelatnas PBSI. "Ketika masuk pelatnas, saya sadar kalau saya harus berlatih ekstra keras lagi. Karena persaingan di sini ketat sekali. Istilahnya semua yang terbaik di Indonesia mayoritas ada di pelatnas," jelas Bagas.

Perjuangan Bagas mengukir prestasi di panggung bulu tangkis dunia dimulai. Demi menjadi pemain yang diperhitungkan di pelatnas, Bagas rajin menambah porsi latihan di luar program latihan yang sudah ada. "Kalau tidak menambah latihan sendiri di luar program yang ada, saya pasti ketinggalan dengan yang lain, karena banyak yang lebih hebat dari saya," Bagas menjelaskan.

Salah satu aspek yang ia latih adalah meningkatkan kecepatan dan keakuratan smash dengan cara melatih otot-otot bagian tangan di gym. Selain itu, Bagas juga berlatih cara bertahan yang baik ketika diserang lawan dan teknik mengatur tempo permainan sehingga bisa meraih poin demi poin kala bertanding. Dengan rajin berlatih itulah, Bagas kini memiliki postur atletis dengan tinggi 182 cm dan berat badan 83 kg.

Namun, sekalipun sudah giat berlatih, bukan berarti Bagas serta-merta menjadi pilihan utama pelatih. Justru, tahun lalu ia dan Fikri sempat terpuruk ketika tidak terpilih masuk ke dalam tim Piala Thomas. "Kecewa iya, tapi ya saya bersabar saja anggap belum rezeki untuk membela Indonesia di Thomas Cup. Dan ternyata, kesabaran itu ada hikmahnya. Yang penting jangan putus asa, jangan menyerah," ujar Bagas, yang selalu menanamkan kalimat, "usaha akan menemui jalannya menuju keberhasilan".

Pada akhirnya, perjuangan dan kesabaran Bagas selama lima tahun di Pelatnas membuahkan hasil yang sangat mengagumkan, juara ganda putra All England 2022. Ia berharap dan sangat yakin, kemenangan ini bakal membuka keran prestasi-prestasi yang lebih tinggi di masa mendatang.