"Di ganda campuran, harus diakui, pemain-pemain kita kalah kelas. Bisa melawan, tetapi belum bisa mengalahkan lawan yang saat ini menduduki posisi di top empat dunia," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky melalui keterangan pers Humas PP PBSI, Senin (28/8) petang WIB.
Lebih lanjut Rionny menyatakan, faktor mental menjadi dominan dan penentu kemenangan saat tampil di kejuaraan atau turnamen besar nan bergengsi seperti Kejuaraan Dunia. Faktor mental tak melulu berhubungan dengan semangat juang semata, tetapi turut berdampak ke segi lainnya. "Kalau mental tidak kuat, akan berpengaruh ke berbagai segi saat pemain bermain di lapangan. Bisa berimbas ke teknik yang dimiliki hilang, keterampilannya tidak muncul, juga kelincahan dan pergerakan terasa lambat," jelasnya.
Pada kesempatan tersebut Rionny juga menyoroti performa Gregoria Mariska Tunjung, yang menurutnya gagal memanfaatkan kesempatan saat berhadapan dengan Akane Yamaguchi. Tunggal putri andalan Indonesia itu kerap melakukan kesalahan sendiri saat melawan wakil Jepang tersebut. "Asal bermain normal dan fokus, harusnya dia bisa. Dia banyak melakukan kesalahan sendiri," ujarnya.
Dengan pencapaian satu wakil melalui ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang berhasil menembus final Kejuaraan Dunia 2023, tim bulu tangkis Indonesia tetap dinilai gagal memenuhi target. PP PBSI menyatakan, semua pemain telah tampil maksimal. Namun, belum cukup mengantarkan pemain-pemain "Merah Putih" terus melaju ke babak akhir untuk menjadi juara.
"Untuk semua sektor, dan khususnya tunggal putra, pemain harus lebih menyadari bahwa tampil di kejuaraan dunia itu berbeda. Prestasinya sangat diharapkan dan ditunggu masyarakat Indonesia. Target itu jangan jadi beban, tetapi ini membawa tanggung jawab bagaimana harus bisa tampil bagus dan juara," demikian Rionny.