Herry mengutarakan, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, memang bisa tampil mengejutkan dengan mengalahkan sejumlah ganda putra papan atas dunia. "Tetapi di lain hari mereka kalah, seperti Pram/Yere yang kurang bisa memberikan perlawanan sepadan kepada Hoki/Kobayashi," katanya, melalui keterangan pers Humas PP PBSI, Sabtu (5/8).
"Performa mereka saya ibaratkan masih seperti roller coaster. Kadang bagus dan berada di puncak seperti Bagas/Fikri yang pernah jadi juara All England. Atau Pram/Yere juara Asia dan Leo/Daniel berjaya di Indonesia dan Thailand Masters. Tetapi setelah itu, performa mereka berada di bawah. Sering kalah di babak-babak awal. Belum konsisten," Herry, menjelaskan.
Skuad ganda putra Indonesia tak mendapat satu pun gelar juara dari tiga turnamen BWF World Tour dalam tiga pekan terakhir. Pencapaian terbaik adalah runner-up Korea Open 2023 dari ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Sementara pada Australian Open 2023 yang masih berlangsung pada pekan ini di Quay Centre, Sydney Olympic Park, Sydney, tak satu pun wakil "Merah Putih" yang mampu melalui babak delapan besar.
Lebih lanjut Herry menyatakan, untuk ketiga pasangan pelapis tersebut, memang dibutuhkan waktu dan proses yang panjang agar mereka bisa masuk ke jajaran elite ganda putra dunia. "Segalanya tidak bisa instan. Kami harus terus berikhtiar mengasah kemampuan mereka untuk masuk ke jajaran elite dunia," katanya.
Di sisi lain, menurutnya, peta persaingan ganda putra dunia saat ini memang lebih sengit. Jepang, China, Taiwan, India, Malaysia, Korea Selatan, dan Denmark, memiliki pasangan-pasangan yang kuat dan saling mengalahkan. Semua pasangan pun berburu poin ke Olimpiade Paris 2024. "Kami harus mempersiapkan para pemain jauh lebih baik lagi," pungkasnya.