“Tidurnya nyenyak. Pengalaman saya kemarin (di Olimpiade Tokyo 2020), pada pertandingan sebelum final, biasanya saya tidur sekitar lima sampai enam jam. Bahkan paling lama itu tujuh jam. Tapi waktu mau final, justru saya tidurnya 10 jam, nyenyak,” ungkap Greysia Polii dalam konfrensi pers virtual yang difasilitasi PP PBSI.
“Kalau saya tidurnya normal saja sih,” timpal Apriyani Rahayu. “Yang jelas, sebelum tanding (final) saya cuma berusaha untuk menjaga pikiran dan jaga fokus. Karena pada akhirnya itu pasti akan pengaruh di lapangan. Saya cuma memikirkan itu dan nggak memikirkan yang lain,” lanjutnya menambahkan.
Menjaga pola istirahat, makan dan pikiran yang baik ternyata menjadi salah satu kunci kesuksesan Greysia/Apriyani dalam meraih medali emas di ajang Olimpiade Tokyo 2020, kemarin. Greysia/Apriyani akhirnya berhasil mempersembahkan medali emas untuk Indonesia lewat kemenangan 21-19 dan 21-15 atas wakil Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Tidak hanya itu, Greysia juga mengungkapkan fakta menarik lainnya. Meski sudah mengantongi pengalaman di tiga edisi Olimpiade dengan pasangan yang berbeda (London 2012-Meiliana Jauhari, Rio de Janeiro 2016-Nitya Krishinda Maheswari dan Tokyo 2020-Apriyani), ternyata Greysia tidak luput dari rasa gugup yang hebat. Tapi kegugupan itu justru tidak terjadi di partai final.
“Saya bilang ke Koh Didi (Eng Hian) kalau saya merasa sangat gugup. Itu terjadi waktu mau main di babak delapan besar (melawan Due Yue/Li Yin Hun dari Tiongkok). Di situ saya baru merasa gugup sekali. Rasanya tuh gerasak-gerusuk. Tapi setelah itu biasa lagi,” beber Greysia.
“Oh ternyata Kak Ge (Greysia) gugup toh dan bilangnya cuma ke Koh Didi,” sahut Apriyani lalu tertawa.