“Di piala Thomas nanti, (materi pemain) Indonesia kuat-kuat. Mungkin kans kita lebih besar dibanding negara lain untuk juara. Tapi selama ini kan kita nggak ada pertandingan. Kalau Thomas dan Uber sesuai jadwal, artinya selama tujuh bulan kita semua nggak ada pertandingan. Pasti feel-nya itu beda. Semua pemain pasti merasakan,” ungkap Shesar Hiren Rhustavito dalam program ngobrol bareng atlet bersama PP PBSI.
“Jadi untuk Thomas dan Uber nanti yang diadu itu bukan cuma permainan, tapi mental bertanding kita itu sama atau nggak (dengan sebelumnya),” sambungnya menambahkan.
Bila tidak ada kejutan, sektor tunggal di tim Thomas Indonesia akan diperkuat pebulutangkis ranking enam dunia, Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie (7) dan Shesar (18). Sebagai tunggal ketiga, Shesar bisa saja menjadi kuda hitam. Di atas kertas, peringkat dunia Shesar memang berjarak lumayan jauh dari Jonatan maupun Ginting. Tapi dalam turnamen beregu, apapun bisa terjadi.
Tunggal putra binaan PB Djarum Kudus itu bahkan kerap tampil apik saat turun di kejuaraan beregu. Misalnya pada partai final Djarum Superliga Badminton 2019 lalu di Bandung. Saat itu, Shesar yang turun sebagai tunggal kedua di tim PB Djarum Kudus berhasil mengalahkan Jonatan Christie yang memperkuat tim PB Musica Trinity. Waktu itu ranking Shesar jelas di bawah Jonatan. Tapi dia berhasil tampil apik dan menyumbangkan poin untuk timnya.
“Pertandingan beregu pastinya beda dengan pertandingan individual. Yang pertama karena kita nggak main buat diri sendiri tapi untuk tim. Yang kedua karena rasa di dalam lapangan itu bebannya beda, jadi mentalnya harus kuat,” tuturnya.
“Kalau soal mental, saya nggak ada takutnya. Yang penting hajar saja,” tegas Shesar yang saat itu berbicara menggunakan bahasa Jawa.
Pada Piala Thomas dan Uber 2020 nanti, tim putra Indonesia yang datang sebagai unggulan pertama akan tergabung di Grup A bersama Malaysia, Belanda dan Inggris.