“Saya nggak terima, lho. Kita tuh bisa, bukannya nggak bisa, walaupun cuma satu orang, tapi bisa. Tapi bagaimana caranya menemukan yang satu orang ini? Saat ini tunggal putri harus ekstra kerja keras, makanya kenapa saya bawel ngomong terus, bukannya menganakemaskan tunggal putri, tapi saya mau memacu semangat mereka,” kata Susy Susanti.
Lebih lanjut Susy mengatakan bila saat ini sangat sulit untuk menemukan pebulutangkis tunggal putri yang memiliki tipikal petarung dan potensial. Dengan kondisi saat ini, perbaikan di sektor tunggal putri Indonesia tentunya memerlukan waktu yang tidak singkat.
“Sambil kita cari, kalau memang yang atas nggak bisa, ya cari di yang bawahnya. Tapi kan nggak bisa instan, butuh proses. Kita harus berusaha dan kerja keras, sampai berpikir terus, bagaimana caranya. Cari pemain yang petarung. Menang kalah nggak ada urusan, itu belakangan. Bagaimana dia berani dulu, ngelawan,” tuturnya.
“Sebetulnya kita berharap di Gregoria, tapi dia masih on-off begitu, kadang bagus, kadang dia kalah dengan dirinya sendiri. Kurang jaga badan, dia harus disiplin sama diri sendiri. Kalau tidak bisa jaga kondisi dampaknya apa? Latihannya kepotong, sudah naik, turun lagi, bagaimana mau ke atas, kalau sudah mulai naik, sakit, nanti sudah naik lagi, sakit lagi, kan susah,” ungkapnya.
“Nggak bisa kayak gitu kan, makanya mindset dan sikapnya harus diubah,” pungkas peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini.
Hadirnya seorang Rionny Mainaky yang dipercaya untuk mengarsiteki sektor tunggal putri Indonesia, diharapan mampu meningkatkan kualitas dan prestasi Gregoria Mariska Tunjung cs.