"Paling penting untuk Olimpiade ini, lebih ke spirit mereka. Kita sudah harus meyakinkan mereka, bahwa Olimpiade ini bukan seperti All England, ini empat tahun sekali. Jadi, kalau tidak sekarang, kapan lagi?" kata Taufik belum lama ini di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta.
"Jadi ini kesempatan besar, dan ranking itu masalah angka saja. Yang penting mereka yakin, fisiknya bisa, tekniknya mampu, tinggal mentalnya bagaimana di lapangan," tambahnya.
"Kesempatan tinggal tiga-empat bulan, setelah itu selesai, dan hanya bisa ditentukan di pertandingan. Harapannya dengan adanya tim ad hoc ini bisa membantu, meski tidak banyak… Kita tidak mau juga bulu tangkis sampai drop, apalagi ada tradisi emas di bulu tangkis," jelas Taufik, seperti dilaporkan Antara.
Juara dunia 2005 itu menilai, persaingan tunggal putra dunia kini sudah merata. Viktor Axelsen, yang menduduki peringkat satu dunia dan peringkat "Race to Olympics", sudah mulai mengalami dinamika dengan hanya memilih turnamen yang ia prioritaskan.
Taufik pun berharap, Ginting dan Jonatan menjaga kondisi fisik mereka dan menyusun strategi yang tepat agar tampil maksimal dalam Olimpiade. "Mereka dan pelatih harus mengatur secara strategi latihan apa saja yang mesti dijalani. Dan yang penting jangan sampai cedera karena membutuhkan waktu yang lama (untuk pulih kembali). Jadi di pertandingan benar-benar harus dijaga," sarannya.
Peraih medali emas Asian Games Doha 2006 itu meminta Ginting dan Jonatan menjadikan harapan para pendukung agar mereka membawa pulang medali Olimpiade Paris ke Indonesia sebagai motivasi, alih-alih beban. "Apalagi Ginting punya pengalaman medali (perunggu Olimpiade 2020 Tokyo) juga sebelumnya, dan itu harus jadi motivasi," tegasnya.
"Saya berharap mereka menganggap ini Olimpiade terakhir, karena belum tentu empat tahun lagi mereka main. Ini kesempatan paling besar," demikian Taufik.