"Dulu kita memiliki pemain-pemain hebat. Tapi setelah era Susi Suanti, Mia Audina dan Sarwendah, Indonesia seperti punya jarak terlalu jauh dalam pengembangan atlet putri. Padahal, anak-anak ingin melihat aksi idolanya," jelas Christian.
Pendapat Christian diiyakan mantan pemain tunggal putri, Maria Kristin. Namun, peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 itu melihat perkembangan bulutangkis tunggal putri saat ini sudah lebih baik. Buktinya, Lindaweni Fanetri sukses membuat kejutan dan mempersembahkan medali perunggu untuk merah putih di Kejuaraan Dunia 2015, Agustus lalu.
"Setelah era Susi Susanti dan Mia Audina, kita sulit menemukan pemain hebat di nomor tunggal putri. Namun sekarang sudah lebih baik, ada Maria Febe, Lindaweni dan beberapa atlet muda lainnya," papar Maria.
Maria menilai tunggal putri Indonesia saat ini sudah memiliki kemampuan yang mumpuni. Hanya perlu meningkatkan jam terbang untuk mengasah mental dan keyakinan bertanding.
"Kemampuan mereka sudah lebih baik, tinggal memperbanyak pengalaman saja. Nanti mental akan terbentuk dengan sendirinya," sarannya.
Meskipun kalah bersaing di turnamen beregu kualifikasi Piala Thomas dan Uber 2016 yang baru dihelat pekan lalu, Maria menanggapinya dengan positif. Apalagi, lawan mereka bukanlah tim sembarangan, melainkan tim kuat Tiongkok.
"Mungkin sekarang mereka kalah, tapi ini jadi kesempatan untuk memetik pengalaman. Itu bisa jadi modal bagus untuk menghadapi persaingan di tahun-tahun berikutnya," pungkas Maria.