Memetik kemenangan di laga pembuka, Yahya mengaku sudah bisa menikmati pertandingan dan beradaptasi dengan kondisi lapangan. “Saya sudah merasa enak di pertandingan pertama ini, mungkin karena sudah sering juga main disini, jadi sudah terbiasa dengan kondisinya. Saya paling senang saat bertanding di GOR ini. Karena menurut saya di sini paling nyaman dan pas,” kata Nur Yahya Ady Velani.
Ini kali ketiga bagi Yahya turun di nomor tunggal dewasa dan taruna putra. “Kalau untuk di dewasa tidak ada target. Saya lebih mengambil pengalamannya saja main di level yang lebih tinggi. Itung-itung mempertajam kualitas saat bertanding di level taruna,” jelasnya.
Lebih lanjut Yahya mengatakan bila dirinya merindukan gelar juara saat bertanding di Kota Pahlawan. Sebab, selama bergabung dengan PB Pratama Badminton Academy pada enam tahun silam, pebulutangkis kelahiran Sukoharjo, 3 Juli 2000 ini, baru satu kali merasakan podium tertinggi.
“Pastinya ingin sekali juara di sini. Terakhir kali saya juara di sini pada kejuaraan Walikota Surabaya. Saat itu saya masih bertanding di nomor pemula. Setelah itu, saya belum pernah lagi juara di Surabaya yang notabene kandang sendiri. Paling bagus saya jadi semifinalis,” tuturnya.
Tahun ini, Nur Yahya Ady Velani baru mengoleksi dua gelar juara di nomor tunggal taruna putra Djarum Sirkuit Nasional Sulawesi Selatan Open 2018 dan Kalimantan Timur Open 2018. Sayang, hasil manis Yahya tidak berlanjut di seri ketujuh Djarum Sirkuit Nasional Bali Open 2018. Ia harus tersingkir di babak perempat final setelah di kalahkan wakil PB Djarum Kudus, Rezha Akbar Raja Husain Ym.
Maka dari itu, besar harapan Yahya untuk bisa meraih gelar juara ketiganya di seri pamungkas Djarum Sirnas tahun ini. “Semoga kali ini bisa juara. Tapi saya tidak mau berpikir terlalu jauh dulu. Untuk sekarang saya mau step by step dulu aja,” tutup pebulutangkis yang mengidolakan Taufik Hidayat ini.