Atas dasar itu, Canal+, sebuah stasiun televisi asal Prancis tertarik untuk membuat liputan khusus mengenai bulutangkis di Indonesia. Canal+ merupakan salah satu stasiun televisi nasional Perancis yang tak hanya menyajikan tayangan olahraga, tetapi ada juga siaran film, sejarah, dan sebagainya.
Dalam menjalankan liputan khususnya di Indonesia, tim Canal+ didampingi oleh seorang mantan pemain bulutangkis Indonesia yang kini menetap di Perancis yaitu Weny Rahmawati Rasidi. Ajang Djarum Superliga pun jadi sarana untuk mengabadikan dunia bulutangkis di Indonesia.
“Kami memang membuat liputan khusus mengenai bulu tangkis Indonesia karena reputasi bulu tangkis Indonesia paling bagus di dunia. Dilihat dari sejarahnya, bulu tangkis merupakan olahraga populer Indonesia. China juga memiliki bulu tangkis yang kuat, tapi cabang olahraga lain di China juga banyak yang bagus. Berbeda dengan di Indonesia dimana bulutangkis menjadi andalan,” ujar Weny yang merupakan istri dari mantan pebulutangkis Arif Rasidi.
Liputan khusus ini mencakup sejarah hingga bulu tangkis Indonesia di masa sekarang ini. Tim Canal+ sempat meliput aktivitas latihan di markas besar Cipayung serta melakukan wawancara dengan pemain dan pengurus PBSI pada Rabu (31/1). Weny sendiri sempat membawa nama Prancis dan berpasangan dengan Laura Choinet di ganda putri.
Ia sendiri pernah bercokol di peringkat 15 dunia. Namun akibat cedera ia memutuskan untuk pensiun di tahun 2001 silam. Kini Weny aktif sebagai pengurus di Federation Francaise de Badminton (Asosiasi Bulu Tangkis Perancis). Weny mengatakan bahwa banyak hal yang bisa dicontoh Perancis dari Indonesia.
Beberapa hari meliput, tim Canal+ mengaku banyak perbedaan yang mereka temui antara bulu tangkis di Indonesia dan di Eropa. Salah satunya adalah metode latihan di pusat pelatihan nasional.
“Di Indonesia atletnya banyak dan latihannya bersama-sama. Kalau di Eropa, atletnya hanya sedikit dan latihannya individual. Porsi latihan di Indonesia juga lebih banyak, lebih berat” tambah Weny, mewakili tim Canal+.