Pertarungan berlangsung sengit selama tiga game. mengawali game pembuka, kedua pemain ini mampu menunjukan permainan apik dan membuat kejar-mengejar angka pun tak terelakan. Namun pada saat kedudukan imbang 17-17, Jun mampu meraih empat angka beruntun. Alhasil, game pembuka itu pun jadi milik Jun terlebih dahulu usai unggul 21-17.
Pindah ke game kedua, sebenarnya Jun mampu mengawalinya dengan cukup bagus. Sempat memimpin angka 7-3 dan 11-9, namun Kunlavut mampu menyamakan kedudukan menjadi 11 -11 setelah interval. Pertarungan sengit pun kembali tersaji. Pada kedudukan 15-15, Kunlavut semakin berada di atas angin dan justru Jun yang terlihat menurun, sampai akhirnya game kedua pun berhasil diamankan Kunlavut usai ungul 21-15 atas Jun.
Di game penentu, Kunlavut mampu tampil jauh lebih baik dari Jun. hingga akhirnya gelar juara tunggal putra WJC tahun ini pun menjadi milik Kunlavut, setelah di game ketiga itu mampu ia akhiri dengan kemenangan jauh 21-9.
“Saya sangat senang bisa jadi juara duni junior disini,” singkat Kunlavut usai laga.
Hasil ini juga sekaligus mencatatkan sejarah bagi Thailand, karena untuk pertama kalinya tim Gajah Putih itu mampu membawa pulang gelar juara dunia junior di nomor tunggal putra.
“Sebelumnya Thailand belum ada juara dari tunggal putra. Kalau dari ganda putra dan ganda campuran sudah pernah. Terakhir adalah pencapaian Rathanok Intanon yang menjadi juara dunia sebanyak tiga kali,” kata Udom Luangphetcharapotn, pelatih tunggal putra Thailand.
Pertemuan Kunlavut dan Jun sendiri di WJC kali ini meruapakan untuk ketiga kalinya. Padahal di dua pertemuan sebelumnya, kemenangan selalu diraih oleh Jun. terakhir Kunlavut kalah dari Jun di Asia Junior Championships (AJC) 2017.
“Di Asia Junior kemarin sebenarnya Kunlavut punya peluang. Sayang di poin-poin akhir ia mulai melambat, tenaganya berkurang. Dari sana ia banyak berlatih lebih giat, dan sekarang ia tampil lebih baik,” tutup Udom.