Hendra selalu menjadi ganda putra nomor satu dunia bersama dua pasangan yang berbeda. Bersama Markis Kido, keduanya pernah menduduki puncak ranking ganda putra dunia pada 2007 lalu. Sementara bersama Mohammad Ahsan, pasangan berjuluk The Daddies ini untuk kali pertama menjadi nomor satu dunia pada November 2013.
Mengutip dari Jawapos.com, Hendra mengungkapkan ada enam lawan terberat yang pernah dia hadapi sepanjang karier bulutangkisnya.
- Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia)
“Saya takut kalau bertemu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Seram. Saya susah banget mengalahkan mereka. Saya ingat, di Kejuaraan Dunia 2007, mereka juga jadi tuan rumah. Untungnya, kami beda blok dan mereka kalah sama Jepang, Shuichi Sakamoto/Shintaro Ikeda,” Pada akhirnya, Hendra/Kido menjadi juara dunia.
“Hingga Olimpiade Beijing 2008, kami tak juga menang-menang melawan Koo/Tan. Tujuh pertemuan, kami selalu kalah. Meski jadi unggulan pertama di Olimpiade 2008, saya berharap tidak bertemu dengan Koo/Tan dan undiannya terpisah. Ternyata di delapan besar harus bertemu. Dan untuk pertama kali, kami menang di situ dan rekor pertemuan kami jadi 1-7,” (Hendra/Kido menang 21-16, 21-18).
“Mungkin karena sering menang, mereka agak terlalu percaya diri. Saya juga lebih ngotot dari biasanya. Jadi bisa melewati mereka. Mereka pasangan paling komplet dari segi permainan. Defense bagus dan menyerang juga sama bagusnya. Bisa dibilang mereka musuh bebuyutan kami ha..ha..ha..”
- Cai Yun/Fu Haifeng (Tiongkok)
“Saya masih ingat saat final Olimpiade Beijing 2008. Di set pertama kami kalah. Di set kedua kami pasrah. Waktu itu Mas Sigit (Pamungkas pelatih ganda putra) teriak jangan nyerah, jangan nyerah. Karena dari segi strategi tentu sudah nggak akan bisa masuk lagi, kami sudah habis digebukin di set pertama,”
“Mungkin karena mereka terlalu percaya diri setelah menang jauh di set pertama, hal itu malah jadi bumerang bagi mereka. Saya akui mereka pasangan yang cepat dan stabil permainannya. Terutama serangannya sangat bahaya dan juga bervariasi,”
- Lee Yong Dae/Jung Jae Sung (Korea)
“Mereka pasangan yang kuat, defensenya nggak gampang ditembus. Terutama Yong Dae. Dia pemain luar biasa, mau dipasangkan sama siapa saja (ganda putra atau campuran) dia bisa mengimbangi. Sedih juga ya mendengar Jung Jae Sung meninggal. Dia pemain yang disiplin, defensenya kuat banget!”
- Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok)
“Pasangan yang sangat bagus dalam cover lapangannya, tidak gampang mati dan juga punya serangan yang bagus. Permainan bola mereka bagus, tipis-tipis,”
“Saya kira kombinasi Fu Haifeng dengan Zhang Nan lebih sulit dikalahkan dibanding saat Fu Haifeng bersama Cai Yun. Zhang Nan jauh lebih muda. Jadi, yang banyak mengatur di lapangan itu Zhang Nan. Sementara itu saat melawan kami, Cai Yun mulai menurun penampilannya,”
- Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong (Korea)
“Pasangan yang ulet dan nggak gampang menyerah. Sulit ngalahin mereka. Dari 13 kali kami bertemu mereka, Lee/Yoo menang tujuh kali atas kami yang memperoleh enam kali kemenangan,”
“Tentunya yang paling menarik saat bisa mengalahkan mereka di final Asian Games 2014. Kami bermain rubber game, dan akhirnya kami menang. Di situ saya puas, bisa mengalahkan pemain terbaik dunia di rumahnya sendiri,”
- Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (Indonesia)
“Diakui atau tidak, suka atau tidak, mereka yang terbaik saat ini. Mereka yang tercepat dan serangannya pun bagus. Selama bertemu mereka, saya baru dua kali menang. Di Indonesia Open 2015 dan Malaysia Open 2016. Sisanya kalah! Ha..ha..ha..”
“Tapi saya yakin, suatu saat di waktu yang tepat, kami bisa mengalahkan mereka,”