Hasil manis ini menjadi gelar juara All England kedua buat Praveen. Empat tahun lalu, Praveen juga pernah mencicipi podium tertinggi pada turnamen tertua di dunia ini saat masih berpasangan dengan Debby Susanto. Sementara bagi Melati, ini menjadi gelar pertamanya di panggung All England yang merupakan impian sejak kecil.
Menanggapi pencapaian gemilang tersebut, mantan pasangan Praveen yang kini sudah gantung raket, Debby Susanto, mengatakan bila pebulutangkis binaan PB Djarum Kudus itu memiliki bakat yang luar biasa, tetapi masih diselimuti sedikit masalah, yakni inkonsisten.
“Saya bermain dengan Praveen selama tiga atau empat tahun, dan saya mendapatkan kemenangan terbesar (Juara All England 2016) bersama dia. Dia pemain yang sangat berbakat dan dia masih muda. Saya pikir Praveen bisa menjadi lima besar di antara para pemain putra. Tapi masalahnya adalah inkonsisten. Kadang dia banyak melakukan kesalahan. Cuma itu satu-satunya masalah dia. Kalau dia bisa mengatasinya, dia bisa menjadi pemain yang sangat bagus,” ungkap Debby Susanto seperti dikutip dari situs resmi BWF, bwfbadminton.com.
Bukan hanya Debby, hal senada juga dituturkan mantan pebulutangkis ganda campuran Denmark, Joachim Fischer Nielsen yang saat ini tengah menjalani profesi barunya sebagai pelatih. Menurut Fischer, meski inkonsisten, namun Praveen adalah salah satu pemain yang terlihat sangat berjuang keras untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
“Saya pikir dia adalah pemain yang luar biasa. Memang beberapa kali dia mengalami pasang surut dalam karirnya. Praveen sudah berhasil mendapatkan gelar di level turnamen yang mana menurut banyak orang mengagumkan. Dan kemudian dia juga pernah berada di posisi yang menurut kalian serendah itu. Tapi begitulah gayanya,” tutur Joachim Fischer Nielsen.
Bersama Melati, Praveen saat ini telah menduduki peringkat empat dunia dengan raihan 80.247 poin.