Eng Hian menjelaskan alasannya mengajukan program percepatan. Yakni, agar pemain mudanya memiliki ranking poin yang cukup untuk bisa tampil di turnamen yang levelnya lebih tinggi.
“Di luar Greysia/Apriyani dan Ribka/Fadia, kendala untuk pasangan muda ini adalah, mereka belum bisa main di turnamen level 500 ke atas karena ranking poinnya belum ada. Untuk itu saya minta program percepatan. Jadi saat ini kami memang mengejar turnamen-turnamen yang levelnya di bawah. Itu yang akan kami perbanyak, seperti turun di level Super 100 atau International Challenge,” jelas Eng Hian dalam bincang-bincang virtual yang diadakan PP PBSI.
“Tapi kendalanya, turnamen (level bawah) itu banyaknya di Eropa. Tapi pengurus akan mengusahakan program percepatan ini. Kalau semua berjalan normal, mudah-mudahan di 2022 pemain ganda putri sudah bisa main di turnamen level super 100 ke atas. Kemudian di 2023 kami harus sudah bisa melihat peluang ke Olimpiade 2024,” sambungnya menambahkan.
Dengan keterbatasan penyelenggaraan turnamen di tahun ini karena masih dalam kondisi pandemi virus korona, Eng Hian mengaku terus berupaya memaksimalkan program percepatan ini. “Saat ini, semua standar masih sama rata, terutama pemain yang masih muda. Nanti mungkin dalam waktu setahun ini bisa kami lihat potensi-potensinya. Mana yang terlihat menonjol. Tentunya kami akan berusaha yang terbaik,” katanya.
Eng Hian berharap para pemain mudanya bisa turun di banyak turnamen dengan level Super 100 ataupun International Challenge pada tahun ini. “Tentu tujuannya untuk menadaptkan poin ranking sebanyak-banyaknya dengan turun di turnamen rendah. Karena untuk turun di turnamen yang lebih tinggi, rankingnya harus naik. Sedangkan pemain ganda putri sekarang rankingnya masih rendah. Ya paling tidak kan memberikan kepercayaan diri untuk mereka ketika turun di turnamen yang lebih besar,” tuturnya.
“Kalau mereka tidak bisa bersaing untuk apa dilanjutkan, lebih baik kami cari regenerasinya,” tutup Eng Hian Tegas.