Berdasarkan ranking Race to Tokyo, Greysia/Apriyani berada di peringkat ke tujuh dengan perolehan 67.805 poin. Namun, mundurnya satu tahun pelaksanaan Olimpiade menjadi tantangan tersendiri bagi Greysia yang dianggap sudah tak lagi muda, yakni menginjak 33 tahun pada 11 Agustus mendatang. Alhasil, Greysia/Apriyani pun mesti mengikuti penyesuaian program dengan jadwal baru Olimpiade nanti.
“Sudah menjadi risiko dengan ditundanya Olimpiade ini, ada PR untuk menjaga performa Greysia di tahun depan. Saya sudah mempersiapkan program khusus untuk Greysia, dibantu dari tim strength and conditioning, tim nutrisi dan dokter PBSI,” kata Eng Hian sebagaimana siaran pers yang dikeluarkan Badmintonindonesia.org.
Selama menjalani masa karantina tertutup di Pelatnas PBSI, baik Greysia/Apriyani maupun yang lainnya masih belum bisa optimal dan intensif menjalankan program latihan seperti biasanya. Kendati demikian, Eng Hian memanfaatkan kondisi ini untuk fokus kepada rehabilitasi cedera yang dialami para atletnya. “Nanti di awal Juli baru akan masuk ke sesi penguatan otot-otot pendukung supaya tidak terjadi cedera lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Eng Hian, mundurnya pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 ini juga memberikan dampak positif bagi Apriyani yang notabene pemain muda. Peningkatan power dan skill menjadi dua hal utama yang menjadi fokus Eng Hian kepada juara Daihatsu Indonesia Masters 2020 BWF World Tour Super 500 itu.
“Situasi seperti ini ada plus-minusnya. Minusnya adalah saya harus lebih hati-hati dengan penjagaan kondisi fisik Greysia, tapi positifnya, saya bisa dapat waktu lebih untuk mengasah kematangan Apri,” ungkapnya.