Selama lima hari penyelenggaraan Audisi Umum di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, ribuan atlet belia tersebut akan memperebutkan Djarum Beasiswa Bulutangkis dari Bakti Olahraga Djarum Foundation dan kelak bergabung menjadi atlet binaan PB Djarum.
Koordinator Atlet Putra Tim Pencari Bakat Fung Permadi menuturkan, kriteria yang ditetapkan untuk para atlet putra calon penghuni klub yang bermarkas di Kudus tersebut, merupakan hal mendasar sebagai bahan pertimbangan. Diantaranya adalah atlet yang sudah memiliki teknik bermain yang cukup baik, memiliki jiwa pantang menyerah, serta kepandaian ketika bertanding di atas lapangan. "Ditambah dengan feeling atau touch dalam pukulan-pukulan. Karena untuk membina seorang atlet, kualitas untuk menjadi seorang atlet dunia itu semuanya harus komplit dan tidak memiliki suatu kelemahan yang menonjol," jelasnya.
"Tapi untuk atlet usia dini, kan, perkembangan dan pembinaan waktunya masih panjang di karantina nanti kita lihat bagaimana konsistensinya dalam berlatih dan menjaga semangatnya. Karena kalau waktunya terlalu pendek itu kita tidak bisa melihat hal itu," tambah pria yang juga menjabat sebagai Manajer Tim PB Djarum ini.
Sementara, Koordinator Atlet Putri Tim Pencari Bakat Yuni Kartika menyatakan, konsistensi dan teknik mumpuni ditopang dengan semangat juang serta mental yang kokoh, merupakan hal mutlak yang wajib dimiliki oleh calon atlet PB Djarum. Ia menegaskan, pembinaan atlet usia dini serta menempa talenta dan mental atlet setidaknya butuh waktu 10 tahun, sampai mereka siap membela nama bangsa di kancah dunia.
"Selain itu kriteria lainnya adalah bakat, footwork, pukulan, dan kepandaian. Diharapkan atlet tersebut nantinya dapat konsisten dan memiliki kemauan serta impian yang kuat untuk menjadi juara di kelompok usianya lalu berlanjut menjadi juara di kejuaraan internasional," paparnya.
"Kenapa konsisten? Karena jangka waktunya untuk mereka menjadi juara dunia itu panjang,” Yuni, menambahkan.
Penyelenggaraan Audisi Umum PB Djarum 2022 tetap memerhatikan protokol kesehatan. Agar tidak terjadi kerumunan di arena pertandingan, penyelenggara membatasi jumlah pengunjung, baik dari atlet yang berpartisipasi maupun keluarga yang menemani. Setiap peserta akan diberikan barcode untuk keluar masuk GOR demi mengatur kapasitas jumlah orang. Sehingga yang berada di dalam GOR hanya atlet yang bertanding, sedangkan yang belum bertanding dapat menunggu di luar GOR dan dapat menyaksikan pertandingan melalui layar LED yang disediakan.