Namun pada turnamen junior yang paling bergengsi di dunia ini, negara yang terletak di antara Rumania dan Ukraina, di Eropa Timur itu hanya mengirim satu wakilnya saja, yakni Cristian Savin.
Pebulutangkis spesialis tunggal putra itu datang ke Yogyakarta hanya sendirian, tanpa didampingi pelatih, maupun official. Dan ternyata, Savin mengaku sudah sering datang ke Indonesia, sebelummya ia sudaah enam kali datang ke Indonesia. Sampai-sampai, ia pun mengerti dan sedikit bisa berbahasa Indonesia.
“Saya sudah tujuh kali datang ke Indonesia, jadi sedikit-sedikit saya mengerti dan bisa bahasa Indonesia. Saya sudah beberapa kali datang ke Indonesia untuk mengikuti latihan di Exist Badminton Club. Saya mempunyai banyak teman di Indonesia, salah satunya pemain Indonesia yang di turnamen ini turun, seperti Gatjra Piliang Fiqihila Cupu,” ucap Savin menggunakan bahas Inggris dan sesekali bahas Indonesia.
Savin sendiri datang ke Yogyakarta pada 12 Oktober 2017 lalu, sebelumnya ia ikut Traing Camp di Exist Badminton Club selama satu bulan.
“Sebelum saya datang ke Yogyakarta pada tanggal 12 Oktober, saya sikut Training Camp di Exist Badminton Club selama satu bulan. Hal itu sudah sering saya lakukan jika datang ke Indonesia,” ujarnya.
Lalu ketika ditanya soal komentarnya mengenangi para pebulutangkis Indonesia yang sudah ia ketahui kemampuannya, Savin mengaku jika dirinya terlalu sulit bersaing dengan mereka.
“Para pemain Indonesia banyak yang bagus-bagus, dan tentu sangat sulit bagi saya untuk bersaing dengan mereka. Tetapi diluar itu semua, saya sangat senang berteman dengan mereka,” pungkasnya.