Meski harus berakhir dengan kurang begitu manis, namun Tontowi tetap menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Liliyana, atau yang akrab disapa Butet. Menurut Owi, di pertandingan terakhirnya, Liliyana tetap mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Terima kasih kepada cik Butet, sampai pertandingan terkahir pun dia masih memotivasi saya, memberi saya banyak pelajaran. Di saat terakhir dia main saja nggak pantang menyerah, tetap kasih masukan, semangatnya tinggi, ini jadi motivasi buat saya. Setelah nanti nggak berpasangan dengan cik Butet, mudah-mudahan bisa membawa pemain muda dan tetap bisa berprestasi, saya akan menularkan pengalaman saya ini kepada pemain muda,” ungkap Tontowi Ahmad.
Tontowi/Liliyana sebetulnya sudah mengawali pertandingan dengan begitu baik. Mereka terus unggul dan menang atas Zheng/Huang di game pertama. Namun, penampilannya seketika menurun di akhir game kedua dan memaksa harus dilanjutkan ke game penentu. Zheng/Huang justru semakin sulit dikendalikan di game penentu, sementara performa Tontowi/Liliyana terus menurun. Zheng/Huang akhirnya merebut gelar juara setelah unggul atas Tontowi/Liliyana.
“Ada beberapa kesalahan yang jadi momen buat lawan. Saya dan Owi sudah berjuang, sudah mengeluarkan kemampuan terbaik kita, saya puas dengan penampilan terakhir saya karena bisa mengeluarkan semua kemampuan dan menyusahkan pasangan nomor satu dunia, di usia saya yang tidak muda lagi dan di akhir karier saya,” kata Liliyana dalam konferensi pers usai pertandingan.
“Saya ucapkan terima kasih untuk pendukung Owi/Butet yang luar biasa. Kita mau ngomong aja nggak kedengeran, luar biasa, saya rasa ini yang membuat pasangan Tiongkok jadi grogi di awal,” lanjutnya.
Sementara itu, Sebelum partai final dimulai, telah digelar sesi Liliyana Natsir's farewell event untuk mengapresiasi prestasi yang telah ditorehkan Butet setelah 24 tahun mengukir prestasi untuk Indonesia. Dikatakan Liliyana, momen ini menjadi salah satu momen yang tidak akan bisa dilupakan olehnya.
“Pastinya terharu, dari kamar saya jalan, sampai di Istora tarik nafas terus. Saya sudah bertekad jangan sampai meneteskan air mata, ada gengsi juga, karena kan selama ini kelihatannya cool dan tegar ha ha. Tapi karena ini momen terakhir saya dan dirayakan begitu luar biasanya, pastinya tersentuh juga dan lihat penonton, padahal tidak ada pemain indonesia di partai pertama dan kedua, tapi mereka tetap hadir,” ungkap Liliyana.