“Saya kurang percaya diri karena dari kemarin saya nggak bisa main seperti biasa. Keadaan ini jarang terjadi di turnamen biasanya, shuttlecock-nya yang kencang, suasananya. Saya mau menyerang tapi jadi buru-buru dan akhirnya mati sendiri. Saya harus lebih berani untuk pakai tempo menyerang,” ungkap Jonatan Christie.
Pada game pertama, tunggal putra peringkat tujuh dunia ini belum bisa mengembangkan permainannya. Mencoba untuk bangkit, Jonatan berusaha memperbaiki penampilannya di game kedua. Memasuki babak ketiga, duel antara Jonatan dan Cheam berlangsung menegangkan.
Sudah unggul match point 20-17, Jonatan masih belum bisa menyelesaikan permainan. Cheam justru mampu menyamakan kedudukan menjadi 20-20. Pertarungan terus berlangsung hingga kedudukan menginjak 22-22. Kesalahan antisipasi pengembalian shuttlecock yang dilakukan Jonatan lantas membuat Cheam meraih satu poin kemenangan untuk Malaysia.
Jonatan menyayangkan bila dirinya tidak bisa memanfaatkan keunggulan di game ketiga. Sebaliknya, menurut Jonatan, Cheam mampu tampil nothing to lose dan lebih lepas. Apalagi sebelumnya, Cheam berhasil memetik kemenangan dari tunggal putra Korea, Son Wan Ho dan Kenta Nishimoto dari Jepang.
“Sebenarnya bisa berakhir bagus, tapi di akhir itu sangat disayangkan. Lawan mainnya lepas, saya merasakan dulu di posisi dia mainnya lepas karena masih mengejar. Sekarang saya yang harus menang. Di awal-awal permainan memang ada rasa trauma, karena hasil-hasil kemarin,” tuturnya.
“Saya berharap tim Indonesia menang, kalau sampai amit-amit tim saya kalah, saya merasa bertanggungjawab banget. Jujur saya merasa bersalah karena saya harusnya bisa dapat poin tapi saya nggak bisa,” sambung Jonatan menambahkan.