“Ini bagus karena memberi saya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri. Awalnya saya punya tiga bulan atau lebih untuk persiapan, tapi sekarang saya punya satu tahun lagi. Tahun depan juga merupakan kesempatan yang baik buat saya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam pelatihan ilmiah. Ini juga jadi waktu yang tepat untuk memperbaiki keseimbangan dan stabilitas saya. Saya dapat bekerja jauh lebih banyak lagi. Jadi, saya akan memanfaatkan peluang ini sepenuhnya untuk bersiap-siap,” ungkap Chou Tien Chen seperti dilansir situs resmi BWF, bwfbadminton.com.
Sejak pertengahan Maret lalu hingga Juni mendatang, BWF telah remsi menangguhkan lebih dari 20 turnamen internasional akibat eskalasi wabah COVID-19 secara global. Menanggapi ‘sepi’ turnamen ini, Chou mengatakan bila dirinya seperti kembali pada masa sekolah dulu.
“Rasanya seperti kembali ke masa sekolah. Tidak banyak kompetisi selama sekolah, jadi kita hanya berkompetisi setiap dua sampai tiga bulan sekali. Sekarang ini saya bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersiap-siap jelang turnamen berikutnya. Bagi saya ini jelas waktu untuk beristirahat dan memulihkan tenaga,” katanya.
Sepulangnya dari kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu, Chou dan tim bulutangkis Taiwan lainnya diharuskan menjalani karantina atau isolasi mandiri. Meski begitu, mereka tetap memiliki kesempatan untuk berlatih.
"Setelah All England, saya dikarantina selama 14 hari. Tapi pemerintah Taiwan secara khusus mengatur tempat untuk kami berlatih ketika berada dalam masa karantina. Kami menghabiskan setengah hari untuk berlatih dan setengah hari lainnya untuk berdiam diri di kamar. Saya membaca Alkitab secara teratur, jadi saya merasa tenang dan damai rohani sekarang ini,” tutur runner up All England 2020 BWF World Tour Super 1000 itu.
Sementara itu, beberapa kali Chou sempat menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan amal dan kemanusiaan dengan memberikan bantuan kepada para pekerja medis dalam upaya mengatasi pandemi.
“Saya harus menjalani tes virus Corona. Seorang perawat dan seorang dokter datang untuk melakukan tes. Setelah pemeriksaan, perawat meminta sepuluh tanda tangan saya. Dan saya dengan senang hati menurut karena saya tahu mereka ingin menggunakan tanda tangan saya untuk mendorong teman-teman sejawatnya. Mereka telah bekerja tanpa lelah sehingga mereka ingin mendorong diri mereka sendiri. Saya merasa sedih untuk mereka karena mereka harus mengenakan setelan hazmat, dan mencuci tangan terus-menerus menyebabkan tangan kering dan pecah-pecah. Saya merasakan dorongan kuat untuk mendorong staf medis ini, jadi saya memutuskan untuk memberi mereka banyak pembersih tangan,” bebernya.
“Saya ingin mengucapkan, semoga semua penggemar bulutangkis sehat. Sangat penting untuk tetap aman di saat krisis seperti ini. Jika kita hidup dalam ketakutan, itu akan menyebabkan lebih banyak kecemasan. Jadi, saya berharap semua penggemar dan pemain akan melewati masa sulit ini,” tandasnya.