“Sangat disayangkan statement itu keluar dari seorang Park Joo Bong yang dianggap Master Coach di dunia badminton. Sebagai sesama pelatih, menurut saya tidak etis memberikan penilaian negatif kepada pelatih lain yang bekerja untuk negara lain. Apa lagi notabene tidak pernah bekerja sama dalam satu tim. Tapi ok-lah, saya akan jadikan kritikan ini sebagai penyemangat untuk kerja lebih baik lagi,” ungkap Flandy Limpele mengutip dari Indosport.com.
Flandy mendapatkan kepercayaan dari Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) untuk mengarsiteki sektor ganda putra dan menggantikan posisi Paulus Firman yang dipindahtugaskan ke ganda campuran.
Sebelum ke Negeri Jiran, Flandy sempat menukangi kursi kepelatihan ganda putra India dan berhasil mengantarkan pasangan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty ke jajaran sepuluh besar dunia yang diklaim Joo Bong sebagai buah dari tangan dingin pelatih asal Malaysia, Tan Kim Her. Joo Bong menyebut jika Flandy hanya meneruskan apa yang telah dikerjaan Tan.
“Dimana pun saya bekerja, saya selalu memberikan dan melakukan yang terbaik. Satwiksairaj/Chirag adalah salah satu hasil yang terlihat publik dan itu didasari kerja sama tim yang baik. Pastinya ada tangan-tangan pelatih sebelumnya dari hasil kemenangan tersebut. Hanya saja, di bawah kepelatihan sayalah gelar dan ranking sepuluh besar dunia baru bisa diraih,” bebernya.
“Saat saya masuk di India, 1 maret 2019, mereka ada di rangking 20 dan Satwiksairaj saat itu sedang cedera dan tiga bulan tidak pegang raket. Bisa dicek di website BWF,” tambahnya menjelaskan.
Lebih lanjut peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 itu juga menjawab pernyataan Joo Bong yang menyebut bila Flandy belum membuktikan dirinya sebagai pelatih dan menjadi Kepala Pelatih Ganda Putra Malaysia akan menjadi ujian yang sesungguhnya. Selain itu, Menurut Joo Bong, Flandy dianggapi belum terlalu sukses karena tidak mengirimkan anak didiknya ke tim nasional Jepang pada saat itu.
“Malaysia bukan menjadi pembuktian utama buat saya, justru di Jepang adalah momentum awal buat saya, karena itu sebagai tolak ukur saya bisa melatih atau tidak. Tim saya ada diperingkat tujuh terbaik jepang sebelum saya masuk, kemudian naik ke peringkat empat setelah saya gabung sampai saya resign. Memang tidak ada anak buah saya yang masuk Timnas Jepang, tapi itu bukan poin penting untuk club dan bos saya saat itu,” jelas Flandy.