Meskipun nyatakan siap gantung raket, namun Vita mengatakan bahwa ia masih siap jika diminta membantu pemain junior dan berlaga di sirkuit nasional. Akan tetapi tidak untuk bersaing di kelas internasional.
Vita menutup langkahnya di turnamen Yonex-Sunrise Indonesian Masters 2015 dengan manis. Tak diunggulkan bersama Komala Dewi, Vita berhasil menembus babak semifinal. Namun keduanya terhenti di tangan Yu Yang/Tang Yuanting (Tiongkok), dengan skor 10-21, 8-21.
“Saya dan Dewi sudah tampil maksimal di turnamen ini. Lihat sendiri kan lawan kami memang jauh lebih cepat,” ujar Vita yang ditemui setelah pertandingan.
Menginjak usia 34 tahun, Vita mulai berpikir untuk membagi ilmu bulutangkis yang dimilikinya kepada pemain-pemain muda Indonesia. Vita memandang Indonesia merupakan gudang pemain bulutangkis berpotensi.
“Kalau teknik kita sudah punya lah, Indonesia tuh kurang apa sih? Lihat saja senior-seniornya, kita punya mantan pemain yang juara dunia semua. Saya mau perbaiki dari segi non-teknisnya. Misalnya, tujuannya apa jadi pemain, bagaimana motivasinya. Sampai titik mana kita bisa puas?” ujar Vita.
“Tentunya sedih kalau membayangkan tidak bisa bermain bulutangkis lagi. Tetapi Tuhan sudah menunjukkan jalan buat saya, di turnamen ini saya bisa sampai semifinal. Tapi sekarang waktunya sudah tepat. Makanya sekarang saya ingin share ilmu yang saya punya untuk bekal pemain-pemain muda,” jelas Vita.
Selama berkarir di dunia tepok bulu, Vita merupakan salah satu pemain multitalenta yang dimiliki Indonesia. Tak cuma bersinar di ganda putri, Vita pun mahir bermain di sektor ganda campuran. Bersama Liliyana Natsir, Vita pernah menjadi juara ganda putri di ajang China Masters 2007 dan Indonesia Open 2008.
Di nomor ganda campuran, Vita juga berkali-kali menorehkan prestasi di level dunia. Bersama Muhammad Rijal, Vita jadi kampiun di kejuaraan Japan Open 2008. Vita juga tercatat pernah menang di French Open dan Singapore Open 2007 bersama Flandy Limpele.
sumber : badmintonindonesia.org