Pada Kejuaraan Dunia 2017 di Glasgow, Skotlandia, Fukushima/Hirota harus menelan kekalahan 18-21, 21-17 dan 15-21 dari ganda putri Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Sedangkan pada Kejuaraan 2018 di Nanjing, Tiongkok dan Kejuaraan Dunia 2019 di Basel, Swiss, mereka kalah di tangan kompatriotnya, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.
Di Nanjing, Fukushima/Hirota tumbang dengan skor 21-19, 19-21 dan 20-22. Padahal, di game ketiga mereka sudah unggul match point 20-18. Lalu saat di Basel, Fukushima/Hirota kembali membuka peluang untuk merebut gelar Juara Dunia saat unggul 21-10 di game penentu. Tapi lagi-lagi, mereka kembali kandas dengan skor akhir 11-21, 22-20 dan 21-23.
“Kami menyesal kalau ingat momen itu, terutama di 2018 dan 2019. Susah untuk menyebut salah satu. Yang paling saya sesali adalah karena dua-duanya kami kalah setelah kedudukan match point. Kami menyesali kenapa berpikir menang, menang, setelah dapat match point,” ungkap Yuki Fukushima dilansir Bolalob.com dari situs resmi Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Hal serupa juga diungkapkan Hirota. Menurut dia, saat itu pikirannya sudah dipenuhi soal menang dan juara begitu berhasil mencapai match point. “Saya merasa tidak rileks dan hanya berpikir juara, seharusnya ini tidak boleh dilakukan. Harusnya kami fokus dapat satu demi satu poin,” tutur Hirota.
Pada Olimpiade Tokyo 2020 bulan depan, mereka menempati unggulan teratas. Fukushima/Hirota ada dipuncak klasemen Race to Tokyo dengan raihan 95,108 poin dari 18 turnamen yang telah diikutinya.