“Cukup luar biasa dari ya proses hari demi hari yang dilalui Greysia/Apriyani selama di (Olimpiade) Tokyo, kemarin. Mereka melewati setiap langkahnya dengan tanpa berpikir terlalu jauh. Saya lihat betul proses mereka hari demi hari. Bagi saya, hari yang paling berat selama Olimpiade itu, ya setiap harinya,” ungkap Eng Hian dalam konfrensi pers virtual yang difasilitasi PP PBSI.
“Bersyukur untuk hari ini dan berdoa untuk besok hari adalah kalimat yang memang selalu saya sampaikan kepada Greysia/Apriyani sejak awal. Dan mereka sangat menikmatinya,” sambung peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 itu menambahkan.
Sementara itu, pencapaian luar biasa yang berhasil diraih Greysia/Apriyani ini lantas menjadikan Eng Hian sebagai pelatih kedelapan Indonesia yang sukses mengantarkan anak asuhnya dalam mendulang medali emas di ajang Olimpiade.
Jauh sebelum Coach Didi, Liang Chiu Sia menjadi pelatih pertama Indonesia yang berhasil mengantarkan Susy Susanti meraih medali emas di ajang Olimpiade Barcelona 1992. Pada perhelatan yang sama, ketika Alan Budikusuma juga sukses mendulang emas, ada sosok pelatih Tong Sin Fu di belakangnya.
Setelah itu, giliran tangan dingin Christian Hadinata. Pelatih ganda putra yang mampu membawa kejayaan Indonesia saat mengantarkan Ricky Subagdja/Rexy Mainaky meraih medali emas Olimpiade Atltanta 1996. Masih dari ganda putra. Setelah Christian, ada Herry Iman Pierngadi yang berhasil membawa pulang emas di Olimpiade Sydney 2000 melalui pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan. Lalu, Sigit Pamungkas menjadi pelatih ketiga ganda putra Indonesia yang tidak ketinggalan menyumbang medali emas lewat pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008.
Kemudian pada perhelatan Olimpiade Athena 2004, kesuksesan Taufik Hidayat dalam meraih medali emas tidak luput dari racikan tangan dingin Mulyo Handoyo. Sedangkan pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, giliran pelatih Richard Mainaky yang mengantarkan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mempersembahkan medali emas untuk Indonesia.