Sebelum mengalami kolaps dan dinyatakan meninggal dunia, Kido dikabarkan sedang bermain bulutangkis bersama Candra Wijaya. Menurut Candra, kondisinya saat itu baik-baik saja, bahkan masih sempat bercanda dengan rekan-rekan lainnya. Tapi setelah itu, Kido tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri saat baru bermain setengah game. Saat itu sekitar jam 18.30 WIB.
Kido pun sempat dilarikan ke rumah sakit Omni Alam Sutera, tapi nyawanya tidak tertolong lagi. Mantan pasangan Hendra Setiawan itu diduga mengalami serangan jantung karena dia sempat kolaps di lapangan bulutangkis.
“Saya duduk di pinggir lapangan melihat Kido terjatuh. Dan saya lari menolong. Dia tidak sadarkan diri dan mengorok,” tutur Candra Wijaya dalam keterangan pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.
Sementara itu, Ibunda Kido, Zul Asteria tampak tegar menjelaskan kondisi putra pertamanya itu. Menurut Zul, kepergian Kido ketika tengah bermain bulutangkis, seperti sudah ditakdirkan Yang Maha Kuasa. “Dia sepertinya memang maunya (hidup dan matinya) di lapangan kali ya. Tadi saya berdoa semoga masih bisa selamat,” ungkap Zul Asteria.
“Saya kira tadi hanya stroke, karna dia kan punya darah tinggi terus mungkin jatuh dan pembuluh darahnya pecah. Saya berdoanya begitu tapi ternyata mas Kido diambil,” lanjutnya menambahkan.
Duka mendalam dan rasa kehilangan yang besar juga diungkapkan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) atas musibah tersebut. “Hari ini keluarga besar bulutangkis Indonesia sangat berduka dengan berpulangnya Markis Kido, pahlawan bulutangkis yang telah berulang kali mengharumkan nama Merah Putih di panggung bulutangkis dunia,” kata Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna.
“Meninggalnya Kido merupakan sebuah kehilangan besar bagi dunia bulutangkis Indonesia yang tengah menghadapi Olimpiade Tokyo. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan,” tutupnya.