Mereka adalah Thom Gicquel/Delphine Delrue (Prancis), Marcus Ellis/Lauren Smith (Inggris) dan Mathias Christiansen/Alexandra Boje (Denmark). Secara ranking, peringkat dunia mereka memang berada di bawah Praveen/Melati. Tapi secara penampilan, mereka sering merepotkan pasangan papan atas, tak terkecuali Praveen/Melati.
Melati Daeva Oktavianti mengatakan bahwa saat ini kekuatan ganda campuran sudah sangat merata dan tidak cuma terpusat di Asia. “Tidak ada patokan lagi sekarang pemain mana yang perlu diwaspadai. Kalau dulu lawan (pemain, Red) Eropa, ibaratnya yang dari Asia lebih tinggi. Sekarang sudah bagus semuanya,” ungkap Melati dikutip dari Jawapos.com.
Selain tiga pasangan kuda hitam asal Eropa tersebut, Praveen/Melati juga harus bersaing dengan pasangan papan atas dunia seperti Zheng Siwei/Huang Yaqiong (Tiongkok), Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), Wang Yilyu/Huang Dongping (Tiongkok) serta Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang) di Olimpiade Tokyo mendatang.
Sinyal bahaya yang paling menonjol datang dari pasangan nomor dua dunia, Puavaranukroh/Taerattanachai. Pasangan Thailand itu patut mendapat perhatian lebih. Bagaimana tidak. Awal tahun ini saja mereka sukses menyabet tiga gelar juara beruntun di Seri Asia 2020 dan BWF World Tour Finals 2020.
“Untuk sekarang, lebih fokus persiapan sendiri dulu. Nggak berpikir terlalu jauh. Masih ada pertandingan-pertandingan terdekat. Babak demi babak dijalani dulu sebaik-baiknya. Proses tidak mengkhianati hasil,” tutupnya.