“Buat saya, pertandingan paling menakutkan itu pada Asian Games 2014,” ujar Mohammad Ahsan mengutip dari BolaSport.com.
Ya, pada ajang multievent terbesar se-Asia yang berlangsung di Incheon, Korea Selatan itu, Hendra/Ahsan harus berhadapan dengan wakil tuan rumah, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong di partai final ganda putra. Selain harus menghadapi lawan yang berat, Ahsan juga menuturkan bahwa pada laga itu banyak faktor yang membuat pertandingan tersebut menjadi lebih berat dan mendebarkan.
“Saya waktu itu baru saja sembuh dari cedera. Rekor pertemuan kami dengan Lee/Yoo juga jauh, dan mereka diuntungkan status tuan rumah. Saya dan Hendra juga diberi target emas dan sempat ada rumor kalau pelatih kami bisa diganti kalau gagal. Walau tidak mau memikirkan soal itu, pasti ada sedikit kepikirannya,” ungkapnya menjelaskan.
Walau harus melalui pertarungan yang menegangkan, The Daddies akhirnya mampu menyudahi pertandingan lewat kemenangan 21-16, 16-21 dan 21-17 sekaligus sukses membawa pulang medali emas Asian Games 2014.
Sementara itu, berbeda dengan Ahsan, pertandingan yang dianggap paling menegangkan bagi Hendra Setiawan adalah laga final All England 2019 BWF World Tour Super 1000. Saat itu, Hendra/Ahsan harus bentrok dengan ganda putra nomor satu Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
“Saat itu otot saya sempat tertarik. Hanya saja karena melihat kami ada kesempatan menang, jadi saya paksakan saja walau sempat agak sakit,” cerita Hendra.
Setelah harus menahan nyeri dan melalui pertarungan tiga game, The Daddies akhirnya keluar sebagai juara All England 2019 BWF World Tour Super 1000 usai mengandaskan Aaron/Soh dengan skor kemenangan 11-21, 21-14 dan 21-12.
“Kami terus mendengarkan instruksi pelatih saja dan Hendra juga mengurangi gerakan. Saya dan dia pun selalu berkomunikasi. Selain itu, sepertinya lawan juga justru bingung melihat (permainan) kami, entah karena apa sehingga kami bermain lebih lepas,” imbuh Ahsan.