Akui Keunggulan Juniornya, Rian/Kelly Batal ke Perempat Final

Rian Canna Varo/Kelly Larissa mengembalikan shuttlecock.
Rian Canna Varo/Kelly Larissa mengembalikan shuttlecock.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Langkah ganda campuran Pelatnas Pratama PBSI binaan PB Djarum Kudus, Rian Canna Varo/Kelly Larissa harus terhenti di babak dua Liga PB Djarum 2020 setelah menelan kekalahan 14-21 dan 12-21 dari juniornya, Marwan Faza/Az Zahra Ditya Ramadhani pada pertandingan yang berlangsung di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (11/12). Meski sedikit lebih senior, Rian/Kelly tak segan mengakui keunggulan ‘adik kelasnya’ itu.

“Rasanya lumayan tegang karena sudah lama nggak ada pertandingan. Walaupun aku lebih senior dari segi umur, tapi aku cukup kewalahan melawan teman-teman PB Djarum. Mereka tenaganya kencang-kencang,” ungkap Kelly Larissa dalam siaran pers yang diterima Djarumbadminton.com.

Atas hasil kurang memuaskan ini, Rian/Kelly harus rela menyerahkan tiket perempat final Liga PB Djarum 2020 kepada Marwan/Zahra. Selanjutnya, pasangan muda itu akan berhadapan dengan unggulan pertama di nomor ganda campuran U-19 & Dewasa, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.

Sementara itu, dari nomor tunggal putra U-11 & U-13, pebulutangkis muda Livio Cicero Benedicto Paat berhasil melangkahkan kaki ke babak perempat final Liga PB Djarum 2020 setelah memetik kemenangan dua game langsung atas Rauf Pranedya Krisda dengan skor nyaman 21-10 dan 21-13. Bagi Livio, turnamen internal ini dia jadikan sebagai ajang pembuktian diri sekaligus hadiah khusus bagi keluarganya di Manado, Sulawesi Utara.

Pasalnya, langkah peraih beasiswa bulutangkis Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 ini harus terhenti di babak semifinal pada Juli lalu. “Kalau bisa, juara di Liga PB Djarum! Ini bisa jadi kado Natal untuk keluarga. Makanya saya sekalian main habis-habisan saja,” kata Livio Cicero Benedicto Paat.

Selain turun di tunggal putra U-11 & U-13, Livio juga ambil bagian di nomor ganda putra U-13. Dia mengkui bahwa jalannya untuk naik podium teratas tidaklah mudah. Meski berhadapan dengan teman sepermainan di asrama, namun mereka menjelma menjadi musuh bebuyutan ketika masuk ke dalam lapangan. “Semua lawan saya berat. Mereka ada yang mainnya tekan terus, ada yang pintar mainnya sabar, ada yang kakinya lincah lalu semua bola bisa dikejar,” tuturnya.