"Saya kangen Istora. Itu sudah lama. Terakhir kejuaraan 2019. Kangen dengan atmosfer mereka karena tambah motivasi bertanding," kata Fajar, dilansir laman berita Warta Kota, Kamis (2/6).
Pada turnamen berlevel BWF World Tour Super 500 itu, Fajar memastikan, penonton di Istora akan menjadi suporter nomor satu dari 26 wakil tuan rumah yang berlaga. Fajar dan pasangannya, Muhammad Rian Ardianto, pun tak menyoal jika sorakan penonton menambah bising seisi Istora, setelah sekian lama bertanding dengan suasana hening alias tanpa penonton. "Kami sudah pengalaman main di sana," katanya.
Di sisi lain, lanjut atlet asal klub SGS-PLN Bandung ini, para pebulu tangkis mancanegara pun telah merindukan atmosfer di gedung olahraga yang dibangun pada tahun 1960 tersebut. "Bukan hanya atlet dalam negeri, tapi luar negeri sudah update tentang Istora. Nunggu main di Istora. Cuma atlet dalam negeri lebih diuntungkan karena suporter pasti dukung tuan rumah," jelasnya.
Hal hampir serupa juga pernah dilontarkan Greysia Polii dalam sebuah jumpa pers daring yang digelar PP PBSI belum lama ini. Atlet ganda putri Indonesia itu menamsilkan, penonton adalah booster bagi para pemain. Ia pun menyambut gembira rencana kembali menghadirkan penonton ke Istora. "Kita sudah coba di Bali (Indonesia Badminton Festival/IBF 2021), bagus juga ada pertandingan dan kita bersyukur ada pertandingan di tengah pandemi. Tapi, kalau ada penonton itu lebih semangat," tuturnya.
Panitia pelaksana turnamen yang berlangsung pada 7-12 Juni ini masih menyediakan penjualan tiket secara langsung di lokasi. Meski masih tersedia, kuota penjualan tiket langsung bagi penonton di lokasi hanya sekitar 10 persen dari total yang dikeluarkan. Sementara, 90 persen sudah dijual secara daring dan semuanya terjual habis!